THE SEONSAENGNIM PART 5 (I Love You – I love You === Yara’s Story)

cYS

Author: The Seonsaengnim

Genre    : Romance, Comedy dan temukan sendiri setelah membaca

Cast       :

©       Han Yara

©       Anggraini Kim

©       Jung Rae Mun

©       Park Sun Ye

©       Member Super Junior

©       Member EXO

Rating   : PG 15

Length  : Chapter

 

Ini merupakan FF pertama authors, mian klo masih banyak kekurangan karena kesempurnaan hanya milik Allah, kekurangan milik kami. Disini authornya 4 orang…..bheh gak tanggung-tanggung kan….FF ini murni karangan authors. Jika ada alur atau tokoh yang sama, itu merupakan unsur ketidaksengajaan belaka. Hati-hati ranjau TYPO bertebaran.

DON’T PLAGIAT AND BASH

 

Note : Bagi yang memplagiat, biarlah Allah yang memberi ganjarannya, jangan lupa tinggalkan KOMENTAR kalian ……. Demi perbaikan FF kami selanjutnya

 

So, HAPPY READING…….

 

 

 

Joenmyeon’s POV

“hyung, kau tidak pergi makan siang?”

Itu suara Tao. Aku hanya melambaikan tanganku ke udara menjawab pertanyaannya. Tapi bukan Tao jika dia menyerah begitu saja. Aneh sekali baru ku sadari kalau aku dikelilingi oleh orang-orang yang berkemauan keras.

“hyung, ayo kita pergi saja ke atap dan tidur siang disana?”

Aku dongakkan kepalaku dan Tao sudah duduk di meja di hadapanku.

“ada apa kau mencariku?”

“yaa.. aku tak melihatmu, hyung di kantin. Di atappun kau tak ada. Sedikit aneh sebenarnya kalau kau masih di kelas di jam istirahat seperti sekarang, tapi hei tebakkanku benar! Kajja, kita bolos saja, eou?” kali ini dia memberikan isyarat ke pintu kelas dengan gerakan kepalanya.

“ada pelajaran yang harus aku ikuti setelah ini..” aku angkat buku Bahasa Inggris yang sedari tadi menjadi alas kepalaku di meja.

“mwo…”

“permisi… kau… menduduki mejaku” Na Ea Ra dan Guk Min Young takut-takut menegur Tao.

“yaaa… apa maksudmu?! Sejak kapan meja ini menjadi milikmu?! Tidakkah kalian berdua tahu, meja dan semua yang ada disini adalah milik sekolah dan…”

“ya.. Tao-ya, hentikan. Jangan buat keributan di kelasku. Sudah waktunya untuk mu kembali ke kelas.”

“yaa-yaaa… hyung..”

Aku letakkan kembali kepalaku di atas meja, tak lagi menghiraukannya, dia menggerutu keluar. Dan tak pula ku hiraukan Eara dan Minyoung membincangkan Tao dan pertemanan kami berdua. Kepalaku sudah cukup penuh memikirkan yang telah terjadi beberapa hari ini.

Flashback On

Aku menunggu responnya. Aku sudah siap dengan semua kemungkinan jawaban yang akan dia berikan. Tidak, aku bohong. Aku hanya siap dengan kemungkinan terburuknya. Dia akan menolakku. Siapa aku yang berani-beraninya meminta hatinya. “aku? Aku Kim Joenmyeon pewaris tunggal Magic Mall yang tergila-gila dengan seorang guru, yang sedang terduduk disampingku dan mulai mencerna pengakuanku beberapa detik yang lalu. Dan aku cukup pantas mendapatkan jawaban, ya!”

Biar ku ceritakan apa yang terjadi setelah dia mendengar pengakuanku. Pupilnya membulat, dia tidak melotot karena marah tapi kaget. Sesaat kemudian dia menarik nafas panjang. Dia pejamkan kedua matanya. Dan kembali dia memandang ke arah sungai, memandang jauh melampaui jarak pandang normal. Apa yang dia pikirkan…

“Joenmyeon.. Stop mengerjai aku. Sudah cukup seharian ini kau menggodaku.”

What!!! An unexpected answer!

Dia mengucapkannya dengan sangat mudah, tanpa beban. Bahkan dia memasang wajah lucu ketika mengatakannya. Kening dikerutkan dan pipi digembungkan.

“hahahaha… ara-ara.. aku akan berhenti menggodamu. Untuk hari ini saja. Hahahaha…” aku terbahak sambil memukul tanah disampingku.

Ha..apa yang sedang kau tertawakan, Joenmyeon? Wajah lucu Yara ataukah jawaban tak terduga yang dia berikan.

 

Di perjalanan pulang, aku laju motornya dengan kecepatan sedang. Aku berharap dia akan memulai percakapan memecahkan keheningan yang menjengkelkan.

Flashback End

Yara’s POV

 

Kantor menjadi lebih tenang belakangan ini karena mereka yang sering membuat kantor tidak sesunyi kuburan seperti hari ini tidak lagi berkumpul seperti biasanya. Raemun, dia baru saja mengalami kecelakaan dan harus berisitirahat total selama beberapa hari. Sunye, tampaknya masalahnya dengan Jongwoon-ssi menjadi sedikit lebih rumit. Aini.. molla..dia semakin jarang ke sekolah dan sulit untuk dihubungi. Aku..tidak tahu kepada siapa lagi aku harus bercerita. Ketiga temanku, mereka memiliki masalah mereka sendiri, aku tidak ingin memberatkan mereka dengan masalahku juga. Tidak, aku tidak boleh egois.

Ya, dengan apa yang terjadi beberapa hari lalu di sungai Han membuatku tidak mungkin untuk tidak memikirkannya. Namun aku berusaha untuk tetap terlihat tenang dan seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa tiap kali aku bertemu dengan Jeonmyeon.

-Joenmyeon-

Hari ini kita akan les, bukan? Aku akan menunggumu, kita akan pulang bersama.

Orang yang memenuhi kepalaku, mengirimku SMS.

To: Joenmyeon

Sure, aku akan datang ke rumahmu seperti biasa tapi kau tak perlu menungguku di sekolah, tunggu saja di rumah, oke Joenmyeon. See you there.

Begini lebih baik. Aku harus tetap menjaga jarak dengan nya. Dia harus menghentikan perasaannya.

@Joenmyeon’s house

Kami sudah belajar hampir satu jam sekarang dan tidak ada percakapan berarti selain mengenai pelajaran yang sedang kami hadapi. Tapi mungkin lebih baik seperti ini. Eeerrr..apa ini karena kami sedang canggung satu sama lainnya. Apa mungkin dia sama seperti ku masih memikirkan apa yang terjadi di sungai Han sore itu.

“she’s my baby…”

Oh, telpon dari siapakah ini? Oh, yon seonsaengninm, ku angkat panggilannya setelah membaca di layar telpon.

“yaa, matikan telponmu ketika sedang belajar!”

“ssstt…” aku beri isyarat pada Joenmyeon untuk tidak berisik.

“yeoboseyo yon seonsaengnim..

Ne…, ne…, besok pagi akan saya letakkan di meja anda. Ne..”

Menit selanjutnya dia sudah mulai berceramah tentang peraturan-peraturan les yang sudah kami sepakati, diikuti dengan debatan-debatan kecil dari ku yang tidak sepenuhnya setuju dengan peraturan-peraturan yang dia buat (walaupun aku sendiri secara terpaksa menyepakatinya). Situasipun menjadi sedikit lebih berisik sekarang, dia sudah kembali, baguslah. Aku sedikit menyunggingkan senyum.

OK, whatever..” aku bangkit dari dudukku.

“yaa, pelajaran kita belum selesai. Mau lari kemana kau?”

Aiish anak ini. “dapur, berdebat denganmu membuatku mati kehausan”

Aku menggerutu dengan sikapnya namun disaat bersamaan cukup lega dengan apa yang terjadi di dalam tadi, dia setidaknya sudah kembali. Aku hanya khawatir setelah apa yang terjadi hari itu dia kembali ke sisi buruknya. Oh tidak, aku tidak ingin hal itu terjadi. Tapi tentang perasaannya terhadapku…

“ANI-ANI!!” aku guncang keras kepala ku berharap apa yang ada di pikiranku saat ini ikut berjatuhan karena guncangannya.

Setelah cukup membasahkan kerongkonganku, aku bawa dua gelas air ke kamarnya. Eoh, kenapa dia tersenyum-senyum begitu?

she’s my baby… saehayan geu son ggeutae..”

Siapa lagi yang menelponku hari ini? Segera ku langkahkan kakiku ke arah meja dan mengambil ponselku disana. Eoh, nama Joenmyeon yang ku baca di layarnya.

“yaa, Joenmyeon-a, jangan main-main lagi..” dan dia hanya cekikikan.

“lagu exo ini, biarkan dia menjadi ringtone panggilanku, oke?”

“mwo.. kau.. mengotak-atik ponselku?” bisa kurasakan darahku mendidih..

“sedikiiiit..” dia menyatukan telunjuk dan ibu jarinya, “dan kau dilarang untuk mengubahnya, kalau tidak….”

“mwoo.. sekarang kau pun berani mengancamku..” aku meninggikan posisi dudukku dan berkacak pinggang di hadapannya.

“kalau kau melakukannya, aku akan berhenti belajar. Aku akan kembali membolos..”

Aku terduduk di posisi awalku, dan menurunkan kedua lenganku. He got me..

“kau tidak akan melakukannya kan, Jeonmyeon?”

“itu semua tergantung padamu, YA..RA..SSI. Dan kau pun tahu aku bisa dengan sangat mudah melarikan diri dari sekolah tanpa sepengetahuan lainnya kan. Seperti hari itu di taman samping sekolah..”

Dia mengingatkanku dengan adegan dimana aku dengan high heels ku mengejarnya dan Tao memanjat dinding. Baiklah sekali lagi kau menang. Aku bisa mendengar cekikikannya. Ouuugh, anak ini.

****

Ini.. undangan pertunangan Sunye-ah..

“ne, Yara-ya.. Sunye akhirnya menerima Jongwoon-ssi.” Ucap Rae yang tiba-tiba datang di sebelahku dan melihatku mengangkat undangan di mejaku. Rupanya Sunye terburu-buru dan tidak bisa menungguku selesai mengajar untuk memberikan undangan ini secara langsung. Turut senang dengan akhir baik mereka.

Author’s POV

 

“Are you going somewhere, Joenmyeon?”

Yara berhenti dan bertanya karena dilihatnya Joenmyeon menuruni tangga dengan setelan jas yang sangat rapi, frankly membuatnya terlihat sangat-sangat tampan. Jantung Yara seakan berhenti berdetak saat itu.

“Yaa.. it’s me who should ask. You’re not going?

“eoh?” Yara tak bergeming dari tempatnya. Dia memandang Joenmyeon dengan penuh tanda tanya.

“jangan bilang kau melupakannya, Yara-ssi. Park seonsaengnim’s engagement party? Sahabatmu?” kini Joenmyeon yang menatap Yara dengan tatapan tak percaya.

“Anii.” Yara menggeleng kuat. “Aku takkan melupakannya. Aku hanya akan datang sedikit terlambat karena aku harus mententormu terlebih dahulu. Sunye dan teman-temanku lainnya sudah tahu akan hal ini.”

Joenmyeon tak percaya dengan apa yang didengarnya. Yara benar-benar memegang teguh amanah dan tanggung jawabnya, bahkan pesta pertunangan sahabatnya sendiripun dia nomer dua-kan. Namun tak dapat dipungkiri, dirinya semakin menyukai gadis itu karena fakta yang baru saja dia dengar tersebut.

Okay, kalau begitu kita akan belajar praktek lapangan.” Joenmyeon menarik tangan Yara dan membawanya ke garasi mobilnya.

“Kita mau kemana?” Tanya Yara ketika telah berada dalam mobil Joenmyeon.

“seperti yang sudah aku bilang tadi, praktek lapangan. Tema pelajaran hari ini adalah bagaimana bersosialisasi di sebuah pesta.” Jawab Joenmyeon sambil tersenyum. “tapi sebelumnya, hmm…kita membutuhkan sedikit sentuhan magic disini karena aku tidak akan pergi sampai kau berubah menjadi seorang putri.” Joenmyeon menyalakan mesin mobilnya, siap menuju pemberhentian pertama.

“kita akan pergi ke pesta Sunye? Bagaimana kau bisa tahu tentang hal ini?”

“sebenarnya kedua orang tuaku diundang oleh Kim Jongwoon-ssi, namun mereka tidak bisa datang karena urusan perusahaan. Keduanya memintaku untuk datang mewakili mereka. Awalnya aku agak enggan melakukannya tapi karena pasangannya adalah sahabatmu, Park seonsaengnim, yang artinya kau juga pasti akan datang. Jadi aku mau melakukannya. Kajja, kenakan sabuk pengamanmu.”

***

Pemberhentian pertama ternyata adalah Magic Mall, mall milik keluarga Joenmyeon. Sesampainya di dalam Joenmyeon langsung menuntun Yara menuju salah satu outlet pakaian ternama.

“kita harus cepat! Pilih saja pakaian yang paling bagus dan menurutmu paling nyaman kau kenakan.” Instruksi Joenmyeon pada Yara. “Permisi, bisakah kau bantu nona ini?” pintanya pada beberapa pegawai butik yang telah menunggu aba-aba darinya.

Wait-wait-wait, Joenmyeon apa yang kau lakukan? Are you out of your mind? These gowns cost millions! I can never afford it!”

Don’t worry my beloved teacher, I’ll treat you, otte?” sambil mengacungkan kedua jempolnya ke arah yara, dia menyunggingkan senyuman termanis. “sudah sana, ikuti noona-noona itu”

Kini berdirilah Yara di depan cermin di dalam fitting room. Beberapa gaun yang dia coba kenakan, yang menurutnya cukup bagus dan yang paling penting harganya masih memungkinkan untuk ukuran kantong Yara, ditolak begitu saja oleh Joenmyeon. Entah baju ke berapa yang sudah dia coba sekarang. Joenmyeon sendiri akhirnya yang memilihkan untuknya. Sebuah gaun panjang berwarna putih gading berbahan satin? dan berdetail brokat di V-neck nya, yang memperlihatkan jenjang leher Yara (salah satu bagian tubuh favorit Joenmyeon pada Yara, seandainya dia tahu). Begitu nyaman dia kenakan dan membuatnya begitu anggun. Harga tidak pernah bohong. Yara sempat menolaknya namun Joenmyeon memaksanya mencoba.

Malu-malu Yara keluar dari fitting room. Joenmyeon terpesona. Tiba-tiba dia menjadi speechless. Tidak memberikan komentar apapun, dia langsung menuju kasir membayar gaun tersebut. Yara kebingungan dengan sikap acuh Joenmyeon ini. Andai dia tahu kalau saat ini Joenmyeon sedang berusaha meredam detak jantungnya.

“selanjutnya rambut dan sepatumu. Kau ikuti saja noona-noona itu Yara-ssi, aku akan menunggumu disini, ne?!”

Penolakan-penolakan Yara tidak membuahkan hasil. Sekarang dia hanya bisa mengikuti kemanapun para pegawai mall tersebut menggiringnya. Selang beberapa lama, Yara keluar dari ruang make up, dimana para tangan professional telah menyihirnya dan menghampiri Joenmyeon. Pria tersebut cukup kaget dengan perubahan penampilan Yara. Dari seorang gadis yang hanya mengenakan t-shirt dan jeans, kini bertransformasi menjadi seseorang yang berpenampilan feminim-manis dengan rambut yang tergelung ke atas dan menyisakan anak-anak rambutnya bergelantungan bebas di lehernya.

“kau sangat cantik Yara-ya..” hanya kata-kata itu yang keluar dati mulut Joenmyeon.

“ini berlebihan Joenmyeon. Kau membuatku terlihat seperti orang aneh!”

“Ani. Kau memang sangat cantik Yara-ya. Kajja.” Joenmyeon menawarkan lengannya pada Yara. Namun yang ditawarkan terlihat agak ragu menyambutnya. “come. Nona cantik harus bergandengan dengan pria tampan atau dia akan dibawa pergi orang lain.”

***

Sesampainya di gedung tempat pesta diadakan, sebagian besar undangan telah berkumpul. Segera keduanya mencari Sunye dan Jongwoon, si empunya hajat. Yara mencari sosok, siapapun itu yang dia kenal diantara para undangan, karena dia tidak mengenali siapapun disana. Berbeda dengan Joenmyeon yang tampaknya mengenali hampir tiap orang yang ada disana. Terbukti dia selalu tersenyum dan menyapa mereka yang dia lalui.

“Yara-ya… akhirnya kau datang juga, aku pikir kau tidak akan datang” Sunye yang ternyata berhasil menemukan mereka terlebih dahulu

“mianhae Sunye-a aku datang terlambat”

“Gwaenchana, aku berterimakasih karena kau sudah menyempatkan datang ke acara bahagiaku ini”

“Ne, sesibuk apapun aku pasti akan menyempatkan diri untuk datang meskipun terlambat. Chukhae Jong Woon-ssi. Aku tidak menyangka kalian akan bertunangan secepat ini”

“Gumawo Yara-ssi, kau datang dengan siapa?” tanya Jongwoon dengan tatapan mencari seseorang dan diikuti oleh Sunye.

“Oh.. aku datang dengan salah satu murid kita – Joenmyeon. Kebetulan saat aku hendak memberikan les tambahan di rumahnya, ternyata orang tuanya juga diundang di acara kalian tapi tampaknya mereka tak bisa datang. Karena itulah sekarang aku datang bersamanya di pesta kalian.”

“Oya?? lalu kemana anak itu?” Tanya Sunye karena tak melihat lelaki yang dimaksud Yara.

“dia sedang berbicara dengan temannya, sebentar akan aku panggil dulu”

“Joonmyeon…. kemari” Yara memanggil Joenmyeon sambil memberinya kode untuk datang kearahnya. “ucapkan selamat pada gurumu yang sedang berbahagia ini”

“Chukhae.. Seonsaengnim”

“Ne, Gumawo Joenmyeon-a…” jawab Sunye dan Jongwoon bersamaan

“Oia, ngomong-ngomong kau terlihat sangat berbeda hari ini, Neomu Yeppeo” Sunye memuji Yara yang benar-benar terlihat sangat cantik, berbeda dari hari biasanya.

“Jinjjayo..??” Yara bersemu merah. “Gumawo, itu karena Joenmyeon. Dia mengancam tidak akan pergi jika aku tidak merubah penampilanku.”

“Good job Joenmyeon-a, kau sukses merubahnya menjadi sangat cantik” Sunye mengangkat kedua jempolnya mengapresiasi kesuksesan Joenmyeon.

Percakapan mereka berakhir ketika Sunye menyadari Jongwoon hanya terdiam dan tersenyum menanggapi percakapan mereka.

“Yara-a… mianhae aku harus meninggalkan kalian, karena aku masih harus berkeliling menyambut tamu lainnya. Mungkin akan lebih baik jika kau bergabung dengan Aini dan Rae di sana”

“oh.. Ne, oia aku hampir lupa mengucapkannya. Chukhae Sunye-a…. semoga kalian bahagia”

“Ne, Gumawo”

***

“pestanya sungguh meriah, ya kan Joenmyeon?” Yara bertanya, lebih tepatnya mencari persetujuan dari pria di sebelahnya ketika keduanya berjalan menuju mobil mereka.

“kau senang?”

“sangat” Yara tersenyum menjawab pertanyaan Joenmyeon.

“Sunye sangat cantik malam ini. Aini dan Raemun juga”

“nothing’s better than you…” Joenmyeon tersenyum pada Yara yang membuatnya membuang muka dari pria tersebut, salah tingkah.

“kajja” Joenmyeon membukakan pintu mobil untuknya.

Di dalam mobil keduanya, ah tidak, lebih tepatnya Yara yang terus saja berbicara tentang meriahnya pesta pertunangan Sunye-Jongwoon. Sedangkan Joenmyeon lebih sering tersenyum atau tertawa kecil merespon Yara.

“hihihi… yara-ya, aku tidak tahu kalau kau seramai ini.”

“eoh, mian. Aku hanya terlampau senang dengan teman-temanku.” Kembali Yara kikuk akibat telat menyadari tingkahnya.

Namun tiba-tiba di tengah perjalanan terjadi sesuatu dengan ban mobil mereka. Joenmyeon tak dapat melakukan banyak, karena mobilnya tidak dilengkapi dengan ban cadangan. Satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah menelpon pihak asuransi mobilnya untuk menjemput mobil tersebut. Dan keduanya pun sepakat untuk jalan kaki menikmati malam.

“ini, pakai mantelku. Kau tidak membawa jaketmu ketika datang ke rumahku tadi, kan?” Joenmyeon memasangkan mantelnya ke bahu Yara.

Malam itu memang angin bertiup sedikit lebih kencang dari biasanya, cukup untuk membuat siapapun merapatkan mantel atau jaket mereka. Joenmyeon yang awalnya berniat menjadi superhero untuk Yara dengan memberikan mantelnya, terpaksa harus melipat kedua lengan di dadanya dan menggosok-gosok mereka hanya untuk mengusir sensasi dingin yang dihasilkan angin yang menerpanya. Yara yang menyadari hal tersebut segera melepas mantel Joenmyeon dan memberikannya pada si pemilik.

“bagaimana mungkin kau memberikannya padaku kalau kau sendiri juga kedinginan. Nih, pakai.”

“anii.. aku laki-laki dan kau perempuan, sudah sepantasnya aku menjadi pahlawanmu. Kau saja yang pakai. Aku kuat.” Joenmyeon menegapkan badannya namun tiba-tiba dia membungkukkannya lagi. Udara malam pemenangnya.

“tak perlu kau menjadi seorang pahlawan kalau nantinya kau akan jatuh sakit.” Yara menolak mantel di tangan Joenmyeon.

“baiklah kalau begitu, begini saja..” Joenmyeon tersenyum dengan mata berbinar, tampaknya dia menemukan sebuah ide.

Dikenakanlah mantel panjangnya dan bergerak ke belakang Yara. Yara hanya diam saja, menyaksikan realisasi ide Joenmyeon. Sampai.. Joenmyeon memeluk Yara dari belakang. Dia membagi panas tubuhnya dengan Yara.

-DEG-

Jantung Yara berhenti berdetak. Dia tak berkutik.

“hmm… hangatnyaaa…” Joenmyeon terlihat sangat senang dengan idenya ini.

“ouch…” tiba-tiba dia mengerang, sambil memegangi perutnya akibat sikutan Yara.

“yaaa… kau jangan mengambil kesempatan!”

“oouugh..” masih menggosok perutnya, sedikit mendramatisir berharap gadis dihadapannya tersentuh. Gagal. “padahal di film-film ini selalu berhasil meluluhkan hati para gadis..”

“yaaa.. ini bukan film!”

“oke-oke.. ini, kau pakailah.”

“I’ve got a better idea!” batin Yara.

Yara kenakan sekali lagi mantel Joenmyeon.

“Joenmyeon-a.. kemarikan tanganmu”

“eoh?” tidak mengerti dengan apa yang akan dilakukan Yara, dia mengulurkan kedua tangannya. Yara menarik tangan kiri Joenmyeon dan memasukkannya ke saku kanan mantelnya bersama dengan tangannya sendiri.

“bagaimana? Lebih baik?”

Joenmyeon tersenyum dan mengangguk, membuat Yara turut tersenyum, puas karena idenya berhasil.

Keduanya masih mematung disana untuk beberapa saat. Terhipnotis satu sama lainnya. Udara dingin yang sedari tadi mengusik mereka tak lagi mereka rasakan.

“yara-ya, sudahkah aku mengatakannya? Malam ini kau sangat cantik.”

“hihihi… sekali lagi kau mengatakannya, kau akan mendapatkan payung cantik.” ejek Yara.

“dan sudahkah aku mengatakannya bahwa..” Joenmyeon menatap Yara lebih serius kali ini.

“…aku mencintaimu dan aku ingin memilikimu..”

Pernyataan Joenmyeon menghentikan tawa Yara. Dia mendongak dan mendapati kedua mata Joenmyeon tengah menatapnya tajam. Dia mengalihkan pandangannya, dikalahkan oleh tatapan tersebut.

“berhentilah bercanda Joenmyeon-aa..” ucapnya sembari mengeluarkan tangan Joenmyeon dari saku maantelnya, walaupun sebenarnya dia tahu Joenmyeon sama sekali tidak bercanda.

“aku tidak sedang bercanda, Yara-ya. Dan aku pun tidak gila. Aku masih sangat waras walaupun terkadang kaulah yang membuatku menjadi gila.”

“Joenmyeon..” Yara kembali menatapnya. “seperti yang kau ketahui, aku adalah gurumu. Kita tidak akan pernah bisa bersatu. Ada kode etik yang harus kita patuhi.”

“bagaimana kalau aku bilang, who fucking cares!!”

“Joenmyeon-aaa!” Yara sedikit berteriak karena respon Joenmyeon tersebut.

“Ne-ne-ne. Ara-ara..kau tak perlu melakukan apapun. Tapi, izinkan aku meyimpan rasa ini. Kalau kau akhirnya berhasil membuatku menyukai pelajaranmu dan…..kau. Sekarang biarkan aku melakukannya padamu.”

Ucapnya sambil bergerak ke sisi kiri Yara, dan…

“uuuuh… dinginnya malam inii..” menggenggam tangan kiri Yara dan memasukkannya beserta tangannya sendiri ke saku kiri mantel Yara.

Yara’s POV

Hatiku..kau baik-baik sajakan…

—-TBC—-

About theseonsaengnim

We try to make story from our imagination
This entry was posted in Alternate Universe, Fanfiction Chapter, Han Ya Ra, Kim Joen Myeon [SUHO EXO], Romance, School Life. Bookmark the permalink.

6 Responses to THE SEONSAENGNIM PART 5 (I Love You – I love You === Yara’s Story)

  1. astylulu says:

    Cie… Sebenernya yara juga suka kan ama junmyeon tpi dia teringat kode etik yg dibilang ani…
    Apa mereka bakalan jadian akhirnya?
    Next! Keep writing!!!

  2. han jangmi says:

    Dikiiiit lagi dan kau akan menemukan doorprize jawaban u/ kepenasaranmu, astylulu 🙂

  3. uchie vitria says:

    ya juga suka ma joon myeon tapi tersendat kondisi statusnya

  4. uchie vitria says:

    ya juga suka ma joon myeon tapi tersendat kondisi statusnya sebagai guru dan murid

    • han jangmi says:

      “Begitulah cinta, deritanya tanpa akhir..” *sigh patkay slalu bilang. Karena memang demikianlah cinta.
      Mo jatuh cinta aja repot krn tersandung status.. Heeiiih

      🙂 tq for reading

  5. zahelfishy says:

    so sweet… susah emang yyaa… okkay, sepertiny saya mulai dapet ide, tapi, akan ku pastikan ide.ku dapat berjalan atau tidak, setelah sampai di part akhir… hhehee… yuuk mari cuss to the next part…

Leave a comment